![]() |
Oleh: Eddizaro Lase (DPD Assosiasi Kabar Online Indonesia (AKRINDO) Kep. Nias) |
Jakarta, Gelorahukum - Siapa yang tak sedih, dan kalut jiwanya,
rebah hatinya jika budayanya dijadikan sebagai komoditas para politikus untuk
memperkenalkan dirinya? Apakah akal sehat sudah tak berfungsi lagi untuk
menempuh cara-cara lain untuk memuaskan syahwat birahi politik?
Kita selalu beri apresiasi, memberi
penghagaan tertinggi, dan penghormatan terbaik kepada siapapun baik individu
maupun komunitas yang peduli akan identitasnya dalam konteks dimensi merawat
dan melestarikan budaya.
Setahu saya yang sejati sebagai penjaga,
pelestari, dan pemelihara budaya Nias itu adalah Ps. Johanes founder Museum
Pusaka Nias. Saya yakin setiap generasi Ono Niha bangga, terhormat sekaligus
memiliki utang budi atas dedikasi luar biasa
bapak Ps. Johanes. Beliau layak dinobatkan sebagai pahlawan budaya Suku
Nias.
Salut sekaligus haru sama beliau atas usaha
dan pencapaiannya yang begitu gemilang dan penuh prestasi itu. Beliau tanpa
meminta-minya bahkan mengemis-ngemis kepada pihak-pihak yang mestinya terlibat dan
punya tanggungjawab secara moral untuk membantu dan mewujudkan perjuangan
pembangunan Museum Pusaka Nias. Kita tahu bahwa Museum Pusaka Nias merupakan
salah satu meseum terbaik nasional saat ini. Sebuah museum laboratorium budaya
modern bersejarah yang menyimpan berbagai macam, jenis, bentuk, fitur beserta
artefak bersejarah warisan nenek moyang
Suku Nias tentang keluhuran kebudayaan Nias.
Jikalau pihak2 tertentu merasa berbeban dan
bangga akan budaya Suku Nias mengapa pada saat kunjungan kerja Presiden Jokowi
ke kepulauan Nias tidak diajak masuk ke dalam Museum untuk melihat secara
langsung kemegahan budaya warisan nenek moyang Suku Nias yang tersimpan dan
tertata rapi, bahkan dalam museum itu
sangat lengkap fasilitasnya baik kamar tidur VVIP, restourant bahkan
kebersihannya terjaga sangat baik dan ketat. Kiranya kelak Presiden Jokowi bisa
berkunjung ke dalam Museum Pusaka Nias.
Berikutnya mengapa tidak ada salah satu
pemda atau kada menganggarkan dalam APBDnya untuk membantu operasional museum,
sementara mereka sangat mengagung agungkan tentang budaya nias, namun, sangat ironis dan disayangkan
jikalau budaya itu dijadikan bahan komoditas politik pribadi atau bahkan sengaja dikomersialkan untuk
meraup keuntungan yang orientasinya kebutuhan dan kepentingan pribadi, tandas Eddy mengakhiri. (Timred)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar